Jumat, 09 November 2012

METODE PENDIDIKAN PADA MASA ROSULULLOH SAW



Chiah-Isna-Wachid-Robi-Intan






METODE PENDIDIKAN
PADA MASA ROSULULLOH SAW

A.    PENDAHULUAN
Pendidikan Islam merupakan suatu bagian pembahasan penting dalam dunia pendidikan di sekolah tinggi agama Islam. Erat kaitannya dengan proses bagaimana terbentuknya Islam dari sejak zaman Jahiliyah (sebelum Islam datang) hingga sampai Islam di era sekarang. Tentunya perjalanan tersebut tidaklah berjalan secepat dan semudah membalikkan telapak tangan kita. Islam yang diketahui memiliki banyak aspek yang dipelajari sehingga bisa diamalkan dalam kehidupan umat diseluruh alam. Proses pembentukkan dan penyebarannya memerluka waktu yang lama.
Sebagai umat Islam dan sekaligus bagian aktif yang masih berperan dalam dunia pendidikan tentunya mempelajari sejarah pendidikan Islam sangat penting. Dengan mempelajari sejarah pendidikan Islam kita dapat mengetahui faktor – faktor yang menyebabkan kemajuan dan kemunduran Islam. Selain itu, mempelajari sejarah pendidikan Islam juga bermanfaat untuk menumbuhkembangkan wawasan generasi Islam dalam hal yang berkaitan dengan penngetahuan tersebut.
Menelusuri sejarah pendidikan Islam, tentu saja harus dimulai dari awal munculnya agama Islam pada masa rosulullah Muhammad SAW. Pada kesempatan kali ini, selaku pemakalah akan menyampaikan beberapa topik kaitannya dengan pendidikan Islam pada masa nabi Muhammad SAW yaitu, Metode Pendidikan yang diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW.




B.     METODE PENDIDIKAN PADA ROSULULLOH SAW
1.      Sekilas Kondisi Objektif Masyarakat Arab Pra-Risalah
Untuk mengenal metode pengembangan dakwah atau pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, terlebih dahulu kita mengenal situasi dan kondisi masyarakat Arab Pra-Islam (sebelum risalah Muhammad SAW) sebagai kondisi objektif mad’u  yag dihadapi Rasulullah SAW.
Sebelum risalah Nabi Muhammad SAW, kondisi kehidupan masyarakat Arab secara umum dikenal sebagai masyarakat Jahiliyah, zaman kebodohan, atau dalam istilah Al-Qur’an diisyaratkan sebagai kehidupan adz-dzulumat. Disebut demikian karena kondisi sosia, politik, dan kehidupan spiritualnya yang dalam waktu cukup lama tidak memiliki Nabi, Kitab Suci, Ideologi agama, dan tokoh besar yang membimbingnya. Mereka tidak memiliki sistem pemerintahan dan hukum yang ideal dan tidak mengindahkan nilai – nilai moral. Tingkat keberagamannya hampir kembali pada masyarakat primitif yang jauh dari nur Ilahi. Mereka terpecah belah menjadi berbagai suku yang saling bermusuhan sehingga secara politis tidak mengenal sistem pemerintahan pusat yang dapat mengendalikan perpecahan dan permusuhan. Sebagian mereka belum mengenal sistem hukum. Hukum yang berlaku bagaikan hukum rimba, yang kuat menindas yang lemah.[1]
Wilayah geografis yang didiami bangsa Arab sebelum Islam datang, orang membatasi pada dua bagian besar, yaitu bagian tengah dan bagian pesisir. Disana tidak ada sungai yang mengalir tetap, yang ada hanya lembah – lembah berair di musim hujan. Sebagian besar daerah Jazirah adalah padang pasir Sahara yang terletak di tenngah dan memiliki keadaan dan sifat yang berbeda – beda. Pendduk Sahara sangat sedikit terdiri dari dua suku – suku Badui yang mempunyai gaya hidup pedesaan dan nomadik, berpindah satu daerah ke daerah yang lain guna mencari air dan padang rumput untuk binaang gembalaan mereka, kambing, dan onta. Adapun daerah pesisir, bila dibandingkan dengan Sahara sangat kecil, bagaikan selembar pita yang mengelilingi Jazirah. Penduduk sudah hidup menetap dengan mata pencaharian bertani dan berniaga. Karena itu, mereka sempat membina berbagai macam budaya, bahkan kerajaan. [2]
Dari segi kebudayaan masyarakat arab terkenal dengan mahir dalam berbahasa dan bidang syair. Bahasanya sangat kaya sebanding dengn bahasa bangsa Eropa. Hal tersebut merupakan konstribusi yang cukup penting dalam pengembangan dan penyebaran Islam.[3]
Adapun dari segi keagamaan kebanyakan masyarakat bangs Arab merupakan penyembah berhala, ecuali sebagian kecil yang menganut agama Yahudi dan Nasrani. Selain dari penyembah berhala, mereka juga yang menyembah matahari, bintang, dan angin. Beberapa dari mereka ada yang atheis, tidak mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa, adanya hari pembalasan, dan tidak mengakui keabadian jiwa manusia. Setiap daerah dan suku, masing – masing mempunyai dewa dewi (berhala). Diantara berhala yang paling dipuja oleh mereka adalah Al-Uzza, Al-Latta, Manah,dan Hubal. [4]
Adapun faktor positif dari sifat dan karakter masyarakat bangsa Arab adalah:
a.       Mempunyai ketahanan fisik yang prima
b.      Pemberani
c.       Daya ingat kuat
d.      Kesadaran akan harga diri dan martabat
e.       Cinta kebebasan
f.        Setia terhadap suku dan pimpinannya
g.      Pola kehidupannya yang sederhana
h.      Ramah tamah
i.        Mahir dalam bersyair
Akan tetapi sifat – sifat dan karakter baik itu seakan tidak ada maknanya, karena diselimuti kondisi ketidakadilan, kekejaman, dan keyakinan terhadap khurafat.[5]
2.      Metode Pendidikan Nabi Muhammad SAW
Awal dari pendidikan yang dijalankan oleh Nabi Muhammad SAW adalah tatkala beliau menerima perintah dari Allah SWT untuk menyeru kepada-Nya, sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al Mudatsir (1-7) yang artinya :
“Hai orang yang berselimut, bangun, dan beri ingatlah. Hendalah engkau besarkan Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah engkau memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah”.

Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah berdakwah. Mulanya beliau melakukannya secara diam-diam di lingkungan keluarganya sendiri. Pertama beliau mengajak isterinya, Khadijah untuk beriman dan menerima petunjuk – petunjuk Allah SWT, kemudian diikuti oleh sepupunya Ali bin Abi Talib, dan Zaid bin haritsah dari kalangan budak. Lalu beliau mulai menyeru kepada sahabatnya yaitu Abu Bakar. Dan secara berangsur – angsur ajakan tersebut disampaikan secara lebih meluas, tetapi masih dikalangan keluarga dekat dari suku quraiys saja. Ajakan rasulullah antara lain untuk mempercayai Allah YME, tidak syirik, berakhlak mulia, dapat dipercaya, jujur, sekaligus berilmu.
Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilaksanakan  secara individual turunlah perintah agar nabi menjalankan dakwah secara terbuka.
Dalam memberikan dakwah atau pendidikannya Nabi Muhammad menggunakan beberapa metode, diantaranya:
1.      Metode Graduasi (Al Tadarruj)
Metode graduasi atau penahapan merupakan metode alqur’an dalam membina masyarakat, baik dalam melenyapkan kepercayaan dan tradisi jahiliyah maupun yang lain. Demikian pula dalam menanamkan aqidah, al qur’an juga menggunakan metode graduasi ini. Oleh sebab al qur’an diturunkan kepada rasul secara berangsur-angsur (bertahap), maka tidak heran juga ketika nabi menerapkan konsep tersebut dalam penyampaian pendidikannya.
2.      Metode Levelisasi
Penyampaian materi pelajaran yang dilakukan Nabi Muhammad SAW sering berbeda antara orang satu dengan orang yang lain. Hal ini beliau lakukan, karena beliau sangat memperhatikan level-level atau peringkat dan kemampuan kecerdasan intelektual seseorang dalam menangkap sebuah pelajaran. Demikian dilakuakan dengan tujuan agar materi yang disampaikan beliau benar-benar bias diterima oleh peserta didik. Terkadang Rasulullah berbicara tidak hanya memperhatikan tingkat kecerdasan seseorang saja, melainkan juga memperhatikan kecerdasan emosionalnya.
3.      Metode Variasi (Al-Tanwi’ Wa Al-Taghyir)
Untuk menghindari kejenuhan atau kebosanan para peserta didik, Nabi Muhammad SAW membuat variasi waktu dalam memberikan pelajaran kepada para sahabat.
Tidak hanya bervariasi dalam hal waktu, beliau juga memberikan variasi-variasi dalam penyampaian materi pelajaran. Karena yang beliau ajarkan adlah wahyu dari Allah SAW yang pada saat itu sedang dalam proses diturunkan. Oleh sebab materi yang dikirimkan lewat wahyu itu bervariasi, maka secara otomatis pendidikan yang diajarkan Rasulullah bervariasi. Menurut Prof. Dr. Muhammad ‘Ajjal al Khatib, metode variasi ini, baik digunakan dalam materi pelajaran manapun.[6]

4.      Metode Keteladanan (Al Uswah wa Al Qudwah)
Ketika Rasulullah Muhammad SAW memberikan sebuah materi yang berkaitan pola perilaku atau tingkah laku yang berkaitan dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, sebelum beliau menyampaikan kepada peserta didik, terlebih dahulu beliau melakukannya dalam perbuatan sehari-hari. Dengan hal demikian, maka peserta didik akan lebih cepat memahami ajaran Rasulullah.
Selain itu, dalam Al Qur’an juga telah disebutkab bahwa:
“sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah suatu suri tauladan yang baik”. (Qs. Al-Ahzab: 21)

5.      Metode Aplikatif ( At Tatbiqi Wa Al ‘Amali)
Apabila Rasulullah sudah memberikan teladan-teladan dalam ajaran-ajaran yang beliau sampaikan kepada peserta didik, maka pada gilirannya peserta didikpun langsung mempraktikan dan mengaplikasikan ajaran – ajaran itu dalam kehidupan sehari – hari. Pendidikan Nabi Muhammad SAW tidak sekedar menyampaikan materi pelajaran saja, melainkan juga langsung diamalkan.
6.      Metode Pengulangan (Al Taqrir Wa Al Muraja’ah)
Metode pengulangan menjadi salah satu metode yang digunakan beliau, karena dianggap perlu dan penting untuk dilakukan khususnya dalam materi pelajaran yang penting-penting.
7.      Metode Evaluasi (Al-Taqyim)
Sebuah metode yang digunakan oleh Rasul dalam penyampaian materi pelarannya, dimana beliau tidak hanya berhenti setelah sudah memberikan materi kepada peserta didik, akan tetapi beliau juga melakukan sebuah tindakan monitoring dan evaluating. Dalam hal ini, beliau mengawasi dan mengevaluasi mereka. Apabila terdapat kekeliruan, maka neliau langsung mengoreksinya. Oleh karena kekeliruan tersebut bisa diketahui langsung oleh beliau dan terkadang diketahui lewat laporan dari seseorang sahabat.
8.      Metode Dialog (Al-Hiwar)
Metode pendidikan Rasulullah selanjutnya adalah Al Hiwar yaitu dialog, Tanya jawab. Dalam hal ini rasul, berperan sebagai penanya dan pendialog. Sementara peserta didiknya yang diajak dialog. Dengan metode ini, beliau membentuk peserta untuk melakukan perubahan yaitu dari tidak tahu menjadi mengetahui, kemudian dan memahami, dan yang selanjutnya sampai ke posisi meyakini. Metode ini banyak mewarnai system pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW.
9.      Metode Analogi (Al-Qiyas)
Penerapan metode ini dalam pendidikan Rasul, disini beliau seringkali menyebutkan ungkapan-ungkapan  dalam mengajarkan agama Islam kepada peserta didik.
10.  Metode Cerita
Metode ini dikemas dengan cara bercerita. Untuk menanamkan ajaran-ajaran Islam kepada peserta didik, Rasul seringkali menuturkan kisah orang – orang terdahulu.

C.    KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW itu dilakukan dengan penuh perjuangan oleh Nabi. Sehingga untuk membantu mempermudah penyampaian materi pelajarannya dan agar peserta didik dapat menerima, memahami serta mengaplikasikan apa yang diajarkan oleh beliau dengan baik, maka Rasul menggunakan beberapa metode. Metode yang digunakan cukup bervariasi, dikemas dengan sedemikian rupa, sehingga Islam bisa menyebar sesuai dengan yang diharapkan oleh Nabi Muhammad SAW.


DAFTAR PUSTAKA

Asep Muhyidin dan Agus Ahmad Safei. 2002. Metode Dakwah Rosululloh. Bandung: Pustaka Setia
Badri Yatim. 2011. Sejarah Peradaban IslaM. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Mustafa Yaqub Ali. 1997. Sejarah dan Metode Dakwah Nabi. Jakarta: Pustaka Firdaus


[1] Asep Muhyidin dan Agus Ahmad Safei, Metode Dakwah Rosululloh, Bandung: Pustaka Setia, 2002, hal. 103-104.
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011, hal. 9-10.
[3] Asep Muhyidin dan Agus Ahmad Safei, Metode Dakwah Rosululloh, Bandung: Pustaka Setia, 2002, hal.104.
[4] Ibid.
[5] Ibid., hal. 105.
[6] Mustafa Yaqub Ali, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997, hal. 133.

1 komentar:

  1. Top Casino Site - Choegocasino
    With the biggest and ラッキーニッキー best 카지노사이트 selection of casino games in town, there's always something for everyone to enjoy ทางเข้า m88 at Choegocasino Casino. With a wide selection of

    BalasHapus