ANALISIS KESULITAN BELAJAR (MATEMATIKA)
PADA PESERTA DIDIK
A. PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Penelitian
Pendidikan pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan
mandiri. Selain itu, pendidikan ialah usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan
anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah
kedewasaan. Oleh karena itu, pendidikan sangat penting dalam rangka mencerdaskan anak didik.
Kita semua mengetahui bahwa proses belajar mengajar merupakan kegiatan
sosial, dalam dunia pendidikan saat ini kita dihadapkan pada masalah yang lebih
kompleks di mana sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu menghadapi
tantangan zaman yang akan dapat bertahan. Pada kenyataannya semua bidang
keilmuan maupun sektor kehidupan kita selalu dihadapkan pada
masalah yang memerlukan pemikiran dan tindakan sebagai pemecahannya.Dan guru
memegang peranan penting dalam upaya memecahkan permasalahan yang dihadapi
pendidikan tersebut. Guru adalah salah satu komponen pendidikan yang sangat
berpengaruh terhadap proses belajar mengajar, sebab guru merupakan ujung tombak
yang langsung berhubungan dengan siswa baik objek belajar maupun subjek
belajar.
Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 2010:2). Belajar
membawa perubahan bagi mereka yang melakukan belajar tersebut. Perubahan
tingkah laku bukan hanya menyangkut pengetahuan saja akan tetapi lebih dari
pada itu yaitu perubahan kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan,
minat, penyesuaian diri, dan lain-lain yang berhubungan dengan pribadi
seseorang.
Pada prakteknya
pelaksanaan belajar tidak selalu lancar dan berhasil dengan baik. Terkadang
dalam proses belajar yang tidak lancar itu diakibatkan karena adanya hambatan
atau kesulitan siswa dalam belajar. Secara umum kesulitan belajar yang dihadapi
siswa bukan hanya pada mata pelajaran yang bersifat alamiah saja akan tetapi
lebih dari pada itu. Mata pelajaran yang bersifat hitung-menghitung, berhubungan dengan
angka-angka dan rumus-rumus kerap kali mendatangkan kesulitan bagi siswa atau
peserta didik. Misal saja Mata Pelajaran Matematika.
Berdasarkan
pengamatan, bahwa pemberian materi pelajaran Matematika sebenarnya sudah
dimulai sejak peserta didik duduk di bangku pendidikan dasar hingga duduk di
perguruan tinggi. Tingkat kesulitan pun saya rasa sudah disesuaikan dengan usia
peserta didik disetiap tingkat jenjang pendidikan. Namun dari penelitian yang
dilakukan fakta terkait dengan kesuliatan pembelajaran pada materi pelajaran
Matematika, masih banyak dirasakan oleh peserta didik.Hal tersebut bisa dilihat
dari hasil belajar yang dilihat dari penilaian wujud skor (angka). Ada beberapa
siswa yang tidak pernah mendapatakan nilai dengan skor 100 pada materi tersebut.
Hasil
pengamatan penulis menunjukkan bahwa masih sulitnya siswa dalam mengerjakan
soal perhitungan Matematika ditunjukkan dengan hasil belajar yang dicapai masih
dibawah rata-rata, lambatnya dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,
dan terkadang siswa acuh tak acuh terhadap tugas yang diberikan sehingga dalam
proses pengerjaan dan kertas kerja masih banyak mengalami kesalahan, dan
berpengaruh pada hasil belajar yang dicapai.
Berdasarkan
uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui apa penyebab kesulitan yang
dihadapi oleh siswa dalam proses pembelajaran Matematika yaitu dengan
judul “Penyebab Kesulitan Siswa
dalam Memahami Materi Pelajaran Matematika dan Hubungannya dengan Hasil
Belajar matematika.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar
belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a.
Apakah yang menyebabkan kesulitan siswa dalam memahami
materi pelajaran Matematika ?
b.
Bagaimanah
hubungan kesulitan siswa dalam memahami materi pelajaran Matematika
dengan hasil belajar siswa ?
3.
Tujuan
Sesuai dengan masalah yang diteliti,
maka tujuan penelitian adalah untuk:
a.
Mengetahui faktor apa yang
menyebabkan kesulitan siswa dalam memahami materi pelajaran Matematika
?
b.
Mengetahui apakah
terdapat hubungan antara faktor kesulitan siswa dalam memahami
materi pelajaran Matematika dengan hasil belajar siswa ?
B.
KAJIAN KASUS
Kesulitan siswa dalam memahami
materi pelajaran matematika merupakan kondisi di mana siswa tidak dapat belajar
akibat adanya gangguan-gangguan yang dialami siswa yang berasal dari dalam diri
siswa yaitu kondisi fisiologis siswa dan dari luar diri siswa yang meliputi
lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat dan ditandai
dengan menurunnya hasil belajar. Hasil belajar merupakan nilai yang diperoleh
siswa setelah melakukan proses pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk angka.
Objek pengamatan saya adalah seorang
siswa yang masih duduk di bangku pendidikan SMP, yaitu:
Nama :
Nani Muftihah
Tempat/Tanggal Lahir : Banyumas, 17 Juni 1999
Kelas : VIII
Sekolah : SMP Negeri 01 Sampang - Cilacap
Umur :
13 th
Alamat : Desa Randegan Rt 04/ Rw 3
Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas
C.
KERANGKA TEORI
1. Pengertian
Belajar
Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan baik yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2010:2)
belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh
sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pendapat tersebut
sejalan dengan pendapat Djamarah (2008:13) bahwa belajar adalah serangkaian
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Menurut
Muhibbin belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang
relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan kognitif.
Dari
beberapa uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan, baik perubahan tingkah laku maupun
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan. Perubahan ini dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
bertambah pengetahuannya kecakapan semakin kuatnya daya penerimaan dan reaksinya
serta aspek lain yang ada pada diri individu yang bersangkutan.
Bukti
seseorang telah belajar adalah terjadi perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti.Menurut Hamalik (2007:30) memberikan pengertian hasil belajar
adalah sesuatu yang tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap
dan keterampilan.Perubahan tersebut diartikan sebagai terjadinya peningkatan
dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada
aspek-aspek tersebut seperti, pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan,
apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan
sikap.
Sedangkan
menurut Slameto (2010:3-5) ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar
yaitu:
a.
Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang
belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia
merasakan telah terjadi adanya perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari
bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah.
Jadi perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak
sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.
b.
Perubahan dalam belajar bersifat
kontinue dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan
yang akan terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan,
tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya
dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya.
c.
Perubahan dalam belajar bersifat
positif dan aktif
Dalam perubahan belajar,
perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan bertujuan untuk memperoleh
sesuatu yang lebih baik dari yang sebelumnya.Dengan demikian makin banyak usaha
belajar dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang
diperoleh.Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak
terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.
d.
Perubahan dalam belajar bukan
bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara
atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja seperti berkeringat,
keluar air mata, bersin dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai
perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar
bersifat menetap atau permanen.
e.
Perubahan dalam belajar bertujuan
atau terarah
Perubahan terjadi karena ada tujuan
yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang
benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik,
sebelumnya sudah menetapkanapa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar
mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang akan dicapainya. Dengan demikian
perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang
telah ditetapkan.
f.
Perubahan mencakup seluruh aspek
tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang
setelah melalui sesuatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah
laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami
perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan,
dan sebagainya.
2.
Pengertian
Hasil Belajar
Menurut Hamalik (2007:30) memberikan
pengertian tentang hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah
laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan,
sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya
peningkatan dan pengembangan yang lebih baik darisebelumnya dan yang tidak
tahu menjadi tahu. Sementara, menurut Dimyanti dan Mudjiono
(2006:3), hasil belajar merupakan hasil dari interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya
penggal dan puncak proses belajar.
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang
menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah
mengalami tindak belajar dan tindak mengajar oleh guru yang akan diaplikasikan
ke dalam bentuk angka.
Menurut Bloom dkk (dalam Mudjiono dan Dimyanti,
2006:26-30) menggolongkan hasil belajar menjadi tiga ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
1. Ranah
kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek
yaitu:
a. Pengetahuan
atau ingatan
b. Pemahaman
c. Aplikasi
d. Analisis
e. Sintesis
f. evaluasi
2. Ranah
afektif berkenaan den-ean sikap yang terdiri dari 5 aspek yaitu:
a. Penerimaan
b. Jawaban atau reaksi
c. Penilaian
d. Organisasi
e. lntemalisasi
3. Ranah psikomotorik berkenaan
dengan keterampilan kemampuan bertindak.
a. Persepsi
b. Kesiapan
c. Gerakan terbimbing
d. Gerakan terbiasa
e. Gerakan kompleks
f. penyesuaian pola gerakan
g. kreatifitas
Diantara
ketiga (3) kawasan tersebut, kemampuan kognitiflah yang sangat sering dinilai
karenakemampuan ini berkaitan dengan kemampuan intelektual siswa dalam
menguasai materi pelajaran.
Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi hasil belajar:
a.
Faktor Internal
1)
Fisik
a)
Keadaan Panca Indera
b)
Kondisi Fisik Umum
2)
Psikologis
a)
Variabel nonkognitif
-
Minat
-
Motivasi
-
Variabel
b)
Kemampuan Kognitif
-
Kemampuan Khusus (bakat)
-
Kemampuan Umum (Intelegensi)
b.
Faktor Eksternal
1)
Fisik
a)
Kondisi Tempat Belajar
b)
Sarana dan Perlengkapan Belajar
c)
Materi Pelajaran
d)
Kondisi Lingkungan Belajar
2)
Sosial
a)
Dukungan social
b)
Pengaruh Budaya
3. Kesulitan
Belajar Siswa
a.
Pengertian
Kesulitan merupakan suatu kondisi
tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai
tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat
mengatasi. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi
dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu
untuk mencapai hasil belajar.
Menurut Hammil, et al, 1981 (dalam
Subini, 2011:14) salah satu bentuk
kesulitan belajar adalah berhitung. kesulitan berhitung atau metematika
(dyscalculia learning) merupakan suatu gangguan perkembangan
kemampuan aritmatika atau keterampilan matematika yang jelas mempengaruhi
pencapaian prestasi akademika atau mempengaruhi kehidupan sehari-hari anak.
Menurut Mulyadi (2010:6-7) Kesulitan
belajar mempunyai pengertian yang luas dan kedalamnya termasuk
pengertian-pengertian seperti:
1)
Learning Disorder (ketergangguan belajar)
Adalah keadaan di mana proses
belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada
dasarnya orang yang mengalami gangguan belajar, prestasi belajarnya tidak
terganggu, akan tetapi proses belajarnya yang terganggu atau terhambat oleh
adanya respons-respons yang bertentangan. Dengan demikian hasil belajarnya
lebih rendah dari potensi yang dimiliki.
2)
Learning Disabilities (ketidakmampuan belajar)
Adalah ketidakmampuan seseorang
murid yang mengacu kepada gejala di mana murid tidak mampu belajar, sehingga
hasil belajarnya di bawah potensi intelektualnya.
3)
Learning Disfungtion (ketidakfungsian belajar)
Menunjukkan gejala di mana proses
belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada
tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat dria atau gangguan-gangguan
psikologis lainnya.
4)
Under Achiever (pencapaian rendah)
Adalah mengacu kepada murid-murid
yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas normal, tetapi prestasi
belajarnya tergolong rendah.
5)
Slow Learner (lambat belajar)
Adalah murid yang lambat dalam
proses belajarnya sehingga membutuhkan waktu dibandingkan dengan murid-murid
yang lain yang memeliki taraf potensi intelektual yang sama.
b.
Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Fenomena kesulitan belajar seorang
anak biasanya tanpak jelas dari menurunnya kenerja akademik atau belajarnya.
Menurut Abdurrahman (2003:13) penyebab utama kesulitan belajar (Learning
disabilities) adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi
neurologis; sedangkan penyebab utama problema belajar (learning problems)
adalah faktor eksternal, yaitu antara lain berupa strategi pembelajaran yang
keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar
anak, dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak tepat.
Menurut Muhibbin Syah faktor-faktor penyebab kesulitan belajar antara lain:
1.
Faktor intern anak didik
a.
Ranah cipta (kognitif), antara lain
seperti rendahnya kapasistas intelektual/inteligensi anak didik. Dalam hal ini,
diketahui bahwa terdapat istilah yang digunakan untuk mendefinisikan tingkat
kesulitan belajar pada ranah kognitif, yaitu Tangensial.
b.
ranah rasa (afektif), antara lain
seperti labilnya emosi dan sikap. Bahwa suasana perasaan yang dihayati secara
sadar, bersifat kompleks, melibatkan pikiran, persepsi, dan perilaku individu
yang labil dapat menjadi salah satu penyebab adanya kesulitan belajar.
c.
Ranah karsa (psikomotor), antara
lain seperti terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan
telinga).
2.
Faktor ekstern anak didik
a.
lingkungan keluarga, contohnya;
ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, rendahnya kehidupan ekonomi
keluarga.
b.
Lingkungan masyarakat, contohnya;
wilayah perkampungan kumuh dan teman sepermainan yang nakal.
c.
Lingkungan sekolah, contohnya;
kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk.
Koestoer (dalam Mulyadi, 2010:30-40)
mengidentifikasikan kemungkinan sebab kesulitan belajar menjadi empat kategori:
1.
Kondisi-kondisi
fisiologis yang permanen, meliputi:
a. Intelegensi yang terbatas;
Setiap golongan
anak mempunyai kemampuan intelegensi yang berbeda-beda, padahal kemampuan
intelegensi tersebut sangat berpengaruh terhadap belajar anak. Anak yang
mempunyai kemampuan intelegensi terbatas, kurang mampu menguasai konsep-konsep
yang abstrak dengan kecepatan sama seperti teman-temannya yang mempunyai
kemampuan integensi lebih tinggi.
b. Hambatan persepsi;
Barangkali
seseorang dapat melihat dn mendengar secara lebih jelas, tetapi ketika
perangsang penglihatan dan pendengaran sampai pada otaknya mengalami
gangguanoleh mekanisme penafsiran/persepsi images, sehingga salah
penafsiran informasi yang diperoleh.
c. Hambatan penglihatan dan pendengaran.
Indera yang terpenting dalam untuk
belajar di sekolah adalah penglihatan dan pendengaran. Berdasarkan hasil yang
penelitian ternyata dalam kegiatan komunikasi penggunaan panca indera oleh
individu menunjukkan prosentase sebagai berikut:
1) Indera
rasa 1 %
2) Indera
Peraba 1%
3) Indera
pencium 3,5%
4) Indera
rungu 11%
5) Indera
penglihatan 83%
2.
Kondisi-kondisi fisiologis
yang temporer, meliputi:
a.
Masalah makanan;
Pada waktu tubuh seseorang bekerja
secara efisien maka diperlukan struktur yang baik seperti mata yang baik, otak
yang sehat dan pengisian bahan bakar atau makanan yang cukup dan bergizi untuk
membentuk tubuh. Anak yang kekurangan vitamin, protein atau kekurangan
substansi lain yang diperlukan, maka dampak negatifnya akan merasa cepat capai,
tidak dapat memusatkan perhatian kegiatan belajar.
b.
Kecanduan;
Kecanduan alkohol, ganja dan
sejenisnya dapat menimbulkan ketagihan.Pada mulanya kebiasaan itu kelihatan
tidak berbahaya dan gampang ditinggalkan, tetapi sebelum bahaya itu disadari,
kuasa kemauan sudah hilang sehingga kebiasan itu sudah tidak dapat
ditinggalkanlagi.Pada saat kecanduan, tidak dapat memusatkan perhatian dan
sulit memahami konsep-konsep baru.
c.
Kelelahan;
Kondisi fiologis pada umumnya sangat
mempengaruhi prestasi belajar seseorng.Dalam kondisi kelelahan seseorang tidak
dapat menerima pelajaran, bahkan mudah mengantuk, sehingga prestasi belajarnya
rendah.
3.
Pengaruh-pengaruh sosial yang
permanen, meliputi:
a.
Harapan orang tua terlalu tinggi,
tidak sesuai dengan kemampuan anak;
Setiap orang tua mengharapkan
anaknya berhasil dalam studi.Meskipun kadang-kadang tanpa memperlihatkan
kemampuan/taraf intelegensi anak tersebut.Seorang yang belajar dalam tekanan
orang tua, sementara kemampuannya terbatas berakibat pada perilaku yang
menympang bagi anak itu sendiri.
b.
Konflik keluarga
Pada dasarnya, setiap orang ingin
hidup bahagia dalam keluarga mereka. Dalam suasana bahagia, saling mencintai,
dan penuh kasih akan menciptakan rasa tenang, sehingga anak akan tumbuh secara
seimbang. Sebaliknya jika dalam keluarga penuh konflik akan menyebabkan anak
mengalami kecemasan dan akan menimbulkan kesulitan belajar pada anak.
4.
Pengaruh-pengaruh lingkungan sosial
yang temporer
a.
Ada bagian-bagian dalam urutan
belajar yang belum dipahami;
Murid akan terdorong mempelajarai
hal baru, jika telah memiliki bekal yang merupakan prasyarat bagi pelajaran
itu. Jika guru mengabaikan hal ini bisa menimbulkan kesulitan belajar murid dan
murid akan frustasi terutama mereka yang mengalami kesulitan dalam menguasai
materi pelajaran.
b.
Kurang adanya motivasi.
Motivasi adalah kondisi psikologis
yang mendorong seseorang untuk belajar. Adanya motivasi dapat mendorong belajar
sebaliknya kurang adanya motivasi akan memperlemah semangat belajar.
c.
Kriteria Gejala Kesulitan Belajar
Menurut Markus, 2004 (dalam
Damayanti, 2007:17) ciri-ciri tingkah laku kesulitan belajar adalah sebagai
berikut:
1.
Menunjukkan hasil belajar yang
rendah.
2.
Hasil belajar yang dicapai tidak
seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3.
Lambat dalam melakukan
kegiatan-kegiatan belajar.
4.
Menunjukkan sikap yang kurang wajar.
5.
Menujukkan tingkah laku yang
berlainan.
6.
Menunjukkan gejal emosional yang
kurang wajar.
D.
HASIL PENELITIAN
Setelah
diketahui berbagai teori terkait dengan masalah belajar, hasil belajar, dan
kesulitan belajar, disini pemakalah akan menyajikan hasil penelitian yang telah
dilakukan, yaitu tentang factor penyebab kesulitan memahami materi mata
pelajaran Matematika dan bagaimana dengan hasil belajarnya.
Adapun
metode yang digunakan pada penelitian kali ini adalah wawancara langsung dengan
objek yang saya teliti.
Tabel Hasil Belajar Matematika:
Nama
|
Mata
Pelajaran
|
Nilai
|
KKM
|
Semester
I
|
Semester
II
|
Nani
Muftihah
|
Matematika
|
71
|
76
|
82
|
Sumber: Laporan Hasil Belajar
2011/2012.
Dari table
tersebut, diketahui bahwa hasil belajar Nani Muftihah pada semester I bisa
dikatakan cukup (tuntas), tetapi belum masuk dalam kategori bagus. Hal tersebut
tentunya terjadi karena ada beberapa faktor yang menjadi penyebab.
Dari hasil
wawancara saya dengan Nani Muftihah, dia menjelaskan beberapa faktor penyebab
tersebut, yaitu:
1.
Terdapat
kesulitan dalam pemahaman materi matematika.
2.
Faktor Penyebab
kesulitan :
a. Intern
-
Kurang berminat
untuk mempelajari mata pelajaran matematika.
-
Tidak ada
motivasi dari diri individu tersebut.
-
Memiliki
kemampuan intelegensi rata-rata
b. Ekstern
-
Guru / tenaga
pendidik tidak menarik ketika menyampaikan mata pelajaran tersebut.
-
Keadaan kelas
yang kurang baik
-
Orang tua
kurang memberikan motivasi untuk belajar
Kemudian di
semester II, terlihat bahwa nilai Matematika Nani
Muftihah lebih tinggi dari semester I. Hal ini disebabkan karena dia melakukan
perbaikan-perbaikan. Diawali dari intern diri dia sendiri, dia mulai berusaha
menyukai mata pelajaran Matematika, kemudian dia sering berlatih dengan
soal-soal. Selain itu, di semester II ternyata dia mendapatkan guru yang lebih
bagus dalam teknik mengajarnya dibandingkan dengan guru yang mengajar pada
semester I.
E. LANGKAH-LANGKAH
MENGATASI KESULITAN BELAJAR
Menurut Djamarah (2008:250-254)
secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha
mengatasi kesulitan belajar pada anak didik, dapat dilakukan melalui enam
tahap, yaitu:
1.
Pengumpulan data
Untuk menemukan sumber penyebab
kesulitan belajar diperlukan banyak informasi.Untuk memperoleh informasi perlu
diadakan pengamatan langsung terhadap objek yang bermasalah dengan alat
pengumpul data.
.
2.
Pengolahan data
Langkah-langkah yang dapat ditempuh
dalam rangka pengolahan data adalah sebagai berikut;
a)
identifikasi kasus;
b)
membandingkan antar kasus;
c)
membandingkan dengan hasil tes; dan
d)
menarik kesimpulan.
3.
Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan mengenai
hasil dari pengolahan data.
4.
Prognosis
Keputusan yang diambil berdasarkan
hasil diagnosis menjadi dasar pijakan dalam kegiatan prognosis.Dalam prognosis
dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan
yang harus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar.
5.
Treatment
Treatment adalah perlakuan atau
pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai
dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis.
6.
Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk
mengetahui apakah treatment yang telah diberikan berhasil dengan baik atau
tidak.
Selain itu, ada juga beberapa kiat
yang digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar, yaitu:
1.
Menganalisis hasil diagnosis, yakni
menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk
memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi
siswa.
2.
Mengidentifikasi dan menentukkan
bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan.
Bidang-bidang kecakapan bermasalah
ini dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu:
a.
Bidang kecakapan bermasalah yang
dapat ditangani oleh guru sendiri.
b.
Bidang kecakapan bermasalah yang
dapat ditangani oleh guru dengan bantuan orang tua.
c.
Bidang kecakapan bermasalah yang
tidak dapat ditangani baik oleh guru maupun orang tua.
3.
Menyusun program perbaikan
Dalam hal menyusun program
pengajaran perbaikan (remedial teaching),
sebelumnya guru menetapkan hal-hal sebagai berikut:
a.
Tujuan pengajaran remedial
b.
Materi pengajaran remedial
c.
Metode pengajaran remedial
d.
Alokasi waktu pengajaran remedial
e.
Evaluasi kemjuan siswa setelah
mengikuti program pengajaran remedial.
F. KESIMPULAN
Dari penjelasan hasil penelitian
diatas, bisa disimpulkan bahwa Mata Pelajaran Matematika adalah salah satu mata
pelajaran yang memerlukan pemahaman dan latihan yang maksimal untuk mendapatkan
hasil belajar yang bagus dan memuaskan. Akan tetapi hal tersebut akan berbeda
ketika dalam diri seorang peserta didik mengalami kesulitan untuk mempelajari
Matematika, yang tentunya disebabkan oleh banyak faktor baik faktor intern
maupun faktor ekstern.Selain itu, efek dari kesulitan belajar ini pun, ternyata
berpengaruh pada hasil belajar siswa.Hasil belajar yang dituangkan dalam bentuk
angka.Oleh karena itu perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan untuk
menngatasi kesulitan belajar itu, sehingga hasil belajar siswa bisa dicapai
dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saefudin. 2002. Pengantar
Psikologi Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Goleman,
Daniel. 2003. Kecerdasan Emosional. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Kuswana.
2011. Taksonomi Berpikir. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Schultz,
Duane. 1991. Psikologi pertumbuhan. Yogyakarta:
Kanisius.
Syah, Muhibin. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.